PENALARAN INDUKTIF

/* finadaniati */

PENALARAN IDUKTIF

Penalaran merupakan proses berpikir yang bertolak dari pengamatan empiric (pengamatan indera) yang kemudian menghasilkan sejumlah konsep serta pengertian. Berdasarkan pada pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi yang sejenis, kemudian berdasarkan proposisi yang diketahui atau dianggap benar, di dapatkan sebuah proposisi baru yang belum diketahui sebelumnya. Hal inilah yang disebut menalar. Salah satu metode penalaran adalah metode penalaran induktif.

Paragraf Induktif sendiri merupakan paragraf metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Sedangkan yang dimaksud dengan Penalaran induktif adalah suatu prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam penalaran, teori bukanlah peryaratan mutlak yang terpenting adalah kecermatan dalam menangkap serta memahami gejala untuk kemudian dapat mendiskripsikan gejala dan melakukan generalisasi.

Jenis-jenis Penalaran Induktif
a.      Generalisasi
generalisasi merupakan proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang memiliki sifat tertentu untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum. Atau dengan kata lain proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.

Contoh:
“Candra adalah mahasiswa Universitas Gunadarma, dan ia pandai.”
“Riscy adalah mahasiswa Universitas Gunadarma, dan ia pandai.”
Generalisasi : Semua mahasiswa Universitas Gunadarma pandai.
Pernyataan "semua mahasiswa Universitas Gunadarma pandai" hanya memiliki kebenaran probabilitas karena kebenarannya belum pasti dan belum diselidiki.

Sahih atau tidaknya kesimpulan dari generalisasi tersebut dapat dilihat dari hal-hal yang berikut :
1.      Data-data itu harus memadai jumlahnya. Makin banyak data yang dipaparkan maka makin sahih simpulan yang diperoleh.
2.      Data-data itu harus mewakili keseluruhan. Dari data yang sama itu akan dihasilkan kesimpulan yang sahih.
3.      Pengecualian perlu diperhitungkan karena data-data yang mempunyai sifat khusus tidak dapat dijadikan data.

 Macam-Macam Generalisasi :
· Generalisasi sempurna
Generalisasi dimana seluruh fenomena adalah yang kemudian menjadi dasar penyimpulan diselidiki. Contoh : Sensus Penduduk
·  Generalisasi tidak sempurna
Generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh:
“Sistem pemberian Reward dan Punishment dapat memppengaruhi kinerja karyawan di suatu perusahaan.
Generalisasi yang tidak sempurna seperti diatas dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur pengujian yang benar.
Prosedur pengujian:
1.      Jumlah sampel yang diteliti terwakili.
2.      Sampel harus bervariasi.
3.      Mempertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum.

b.      Analogi
Analogi merupakan penalaran induktif dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat sama atau banyak persamaannya.
Tujuan penalaran secara analogi:
1.      Analogi dilakukan untuk meramalkan kesamaan.
2.      Analogi dilakukan untuk menyingkapkan kekeliruan.
3.      Analogi digunakan untuk menyusun klasifikasi.

Contoh :
Dafa adalah karyawan di PT. FCC.
Dafa disiplin dalam bekerja.
Nia adalah karyawan di PT. FCC.
Oleh Sebab itu, Nia disiplin dalam bekerja.

c.       Hubungan Kausal.
Hubungan kausal merupakan penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan. Dalam kehidupan sehari-hari hal ini sering kita temukan, misalnya ketika tombol ditekan yang akibatnya bel berbunyi.

Contoh :
”Ketika keluar kantor pulang kerja, fina melihat tanah di parkiran motor becek, fina langsung menyimpulkan bahwa helm yang di letakkan di atas motornya pasti basah.”
Dalam hal ini, penyebabnya tidak ditampilkan yaitu hujan. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, tiga hubungan antar masalah yaitu :

1.      Sebab akibat
Sebab akibat ini berpola A menyebabkan B, C, dan seterusnya. Sehingga efek dari suatu peristiwa yang diaanggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, diperlukan kemampuan penalaran seseorang untuk mendapatkan simpulan penalaran.
Contoh :
Kemarau panjang di daerah ini mengakibatkan kekeringan air.
2.      Akibat sebab
Akibat sebab ini dapat kita lihat pada peristiwa seseorang yang pergi ke Dokter gigi. Ke dokter gigi merupakan akibat dan sakit gigi merupakan sebab. Jadi hampir mirip dengan entimen. Akan tetapi dalam penalaran jenis akibat sebab ini, Peristiwa sebab merupakan simpulan.
Contoh :
Firlis kehujanan saat pulang kuliah tadi sore karena dia tidak memakai jas hujan.
3.      Akibat-akibat
     Akibat-akibat adalah suatu penalaran yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat”
      langsung disimpulkan pada suatu akibat yang lain.
                 Contoh:
    Fina mendapatkan tanah di parkiran motor basah, sehimgga fina beranggapan helm yang
    diletakkan diatas motornya basah.


Sumber :