PENALARAN IDUKTIF
Penalaran merupakan proses berpikir yang bertolak dari
pengamatan empiric (pengamatan
indera) yang kemudian menghasilkan sejumlah konsep serta pengertian. Berdasarkan
pada pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi yang
sejenis, kemudian berdasarkan proposisi yang diketahui atau dianggap benar, di
dapatkan sebuah proposisi baru yang belum diketahui sebelumnya. Hal inilah yang
disebut menalar. Salah satu metode penalaran adalah metode
penalaran induktif.
Paragraf Induktif sendiri
merupakan paragraf metode
yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Sedangkan yang dimaksud dengan Penalaran induktif adalah suatu prosedur yang berpangkal dari
peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu
kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam
penalaran, teori bukanlah peryaratan mutlak yang terpenting adalah kecermatan
dalam menangkap serta memahami gejala untuk kemudian dapat mendiskripsikan
gejala dan melakukan generalisasi.
Jenis-jenis Penalaran Induktif
a. Generalisasi
generalisasi merupakan proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang memiliki sifat tertentu untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum. Atau dengan kata lain proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.
generalisasi merupakan proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang memiliki sifat tertentu untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum. Atau dengan kata lain proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.
Contoh:
“Candra adalah mahasiswa Universitas Gunadarma, dan ia pandai.”
“Candra adalah mahasiswa Universitas Gunadarma, dan ia pandai.”
“Riscy adalah mahasiswa Universitas
Gunadarma, dan ia pandai.”
Generalisasi : Semua mahasiswa
Universitas Gunadarma pandai.
Pernyataan "semua mahasiswa Universitas Gunadarma pandai" hanya memiliki kebenaran probabilitas karena kebenarannya belum pasti dan belum diselidiki.
Sahih atau tidaknya kesimpulan dari
generalisasi tersebut dapat dilihat dari hal-hal yang berikut :
1. Data-data itu harus memadai
jumlahnya. Makin banyak data yang dipaparkan maka makin sahih simpulan yang
diperoleh.
2. Data-data itu harus mewakili
keseluruhan. Dari data yang sama itu akan dihasilkan kesimpulan yang sahih.
3. Pengecualian perlu diperhitungkan
karena data-data yang mempunyai sifat khusus tidak dapat dijadikan data.
Macam-Macam Generalisasi :
·
Generalisasi sempurna
Generalisasi dimana seluruh fenomena
adalah yang kemudian menjadi dasar penyimpulan
diselidiki. Contoh : Sensus Penduduk
·
Generalisasi tidak sempurna
Generalisasi dimana kesimpulan
diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua
fenomena yang belum diselidiki.
Contoh:
Contoh:
“Sistem pemberian Reward dan Punishment dapat memppengaruhi kinerja
karyawan di suatu perusahaan.”
Generalisasi yang tidak sempurna seperti diatas dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur pengujian yang
benar.
Prosedur pengujian:
1.
Jumlah sampel yang diteliti terwakili.
2.
Sampel harus bervariasi.
3.
Mempertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum.
b.
Analogi
Analogi merupakan penalaran induktif dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat sama
atau banyak persamaannya.
Tujuan penalaran secara analogi:
1.
Analogi dilakukan untuk meramalkan kesamaan.
2.
Analogi dilakukan untuk menyingkapkan kekeliruan.
3.
Analogi digunakan untuk menyusun klasifikasi.
Contoh :
Dafa adalah karyawan di PT.
FCC.
Dafa disiplin dalam bekerja.
Nia adalah karyawan di PT. FCC.
Oleh Sebab itu, Nia disiplin dalam bekerja.
c.
Hubungan Kausal.
Hubungan kausal merupakan penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan. Dalam kehidupan sehari-hari hal ini sering kita temukan, misalnya ketika tombol ditekan yang
akibatnya bel berbunyi.
Contoh :
”Ketika keluar kantor pulang
kerja, fina melihat tanah di parkiran motor becek, fina langsung menyimpulkan
bahwa helm yang di letakkan di atas motornya pasti basah.”
Dalam hal ini, penyebabnya tidak ditampilkan yaitu hujan. Dalam kaitannya
dengan hubungan kausal ini, tiga hubungan antar masalah yaitu :
1.
Sebab akibat
Sebab akibat ini berpola A menyebabkan B, C, dan
seterusnya. Sehingga efek dari suatu peristiwa yang diaanggap penyebab
kadang-kadang lebih dari satu. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini,
diperlukan kemampuan penalaran seseorang untuk mendapatkan simpulan penalaran.
Contoh :
Kemarau panjang di daerah ini mengakibatkan kekeringan air.
2.
Akibat sebab
Akibat sebab ini dapat kita lihat pada peristiwa
seseorang yang pergi ke Dokter gigi. Ke dokter gigi merupakan akibat dan sakit gigi merupakan
sebab. Jadi hampir mirip dengan entimen. Akan tetapi dalam penalaran jenis
akibat sebab ini, Peristiwa sebab merupakan simpulan.
Contoh :
Firlis kehujanan saat pulang kuliah tadi sore karena dia tidak memakai jas
hujan.
3.
Akibat-akibat
Akibat-akibat adalah suatu penalaran yang menyiratkan
penyebabnya. Peristiwa “akibat”
langsung disimpulkan pada suatu akibat yang lain.
Contoh:
Fina
mendapatkan tanah di parkiran motor basah, sehimgga fina beranggapan helm yang
diletakkan diatas motornya basah.
Sumber :
No comments:
Post a Comment